...Selamat Datang Di Media Belajar Kelompok Studi Lingkungan Buana Kalpataru,.....

Friday 1 April 2011

PLASTIK RAMAH LINGKUNGAN

SAMPAH plastik walau masih menyisakan nilai—selalu merusak tanah dan mengotori sungai. Maka, Khaswar Syamsu, Kepala Divisi Rekayasa Bioplastik dan Bahan, Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor, memikirkan cara membuat plastik lumat di tanah. Para pemulung yang berebut sampah plastik di Tempat Pembuangan Akhir Galuga, Bogor, agaknya telah mendatangkan inspirasi bagi Khaswar.

Pada 2002-2004, dia meneliti kelapa sawit untuk bahan baku plastik. Berhasil. Dua tahun berikutnya, ia menggunakan sagu sebagai bahan baku. Khaswar berhasil menciptakan formula plastik dari bahan ini.

Penemu: Khaswar Syamsu, Kepala Divisi Rekayasa Bioplastik dan Bahan, Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor

Mulai penelitian: 2002

Dipatenkan: 2008

Fungsi: Layaknya plastik petrokimia (kemasan makanan, pembungkus, gelas dan botol, ember, hiasan, dan lainnya)

Bahan: Hidrolisat pati sagu atau asam lemak bebas kelapa sawit

Bahan plastik alam amat melimpah:
# Lahan kelapa sawit dan sagu di Indonesia sekitar 1.128 juta hektare
# Sinar matahari daerah tropis sangat membantu proses produksi

Keunggulan:
# Tidak berbau
# Hancur oleh mikroba tanah
# Bahan baku mudah didapat

Proses

1. Sterilisasi
2. Molukasi (dengan mikroba Ralstonia eutropha)
3. Kulvitasi (2-3 hari)
4. Pemecahan sel
5. Pemisahan biji plastik
6. Pembaran bioplastik (pelepasan organik)
7. Pengujian
8. karakteristik (elastisitas, kekuatan tarik, uji bio, titik leleh, struktur, dan bio degrilitas)

Sejarah

1862
Alexander Parkes memamerkan parkesine, cikal bakal plastik, pada Great International Exhibition di London.

1891
Modifikasi selulosa, rayon, dikembangkan oleh Louis Marie Hilaire Bernigaut di Paris.

1907
Bahan sintetis pertama dibuat oleh ahli kimia dari New York, Leo Baekeland, yang mengembangkan resin cair, bakelite.

1920
Wallace Hume Carothers, ahli kimia lulusan Universitas Harvard, mengembangkan nilon yang disebut Fiber 66. Fungsinya menggantikan bulu binatang untuk bahan sikat gigi dan stoking sutra.

1940
Nilon, akrilik, polyethylene, dan polimer menggantikan bahan-bahan alami.

1957
George de Maestral, insinyur Swiss, membuat Velcro, perekat dari bahan nilon